Hate my JHS's friend

sumber: google

 

Namanya E**** Nina. Aku bertemu dengannya kemarin saat memesan tart cake. Kami berada dalam satu antrian didepan kasir. Aku meneliti raut mukanya. Ya benar itu dia. Aku tersenyum sendiri. Apakah dia tak mengenaliku? Aku rasa tidak. Dia tidak mengenali perempuan yang sedang berdiri disampingnya, sedang tersenyum dengan tangan terkepal berusaha menahan diri untuk tak mengarahkan tinjunya ke arah muka berkacamata minus yang (mungkin) sama seperti yang dikenakannya bertahun-tahun lalu. Yaa, dia takkan mengenali perempuan yang sedang berdiri disampingnya yang pernah diolok-oloknya dulu bersama teman-temannya yang sampai sekarangpun aku masih ingat nama-namanya, karena perempuan yang sedang berdiri disampingnya kini bagitu kokoh, tak kan tumbang oleh tatapannya yang begitu ingin menjatuhkan.

Aku tak ingin menyebut namanya untuk yang kedua kali. Tapi dia harus tahu, aku bukan lagi gadis kecil yang pasrah dijadikan badut penghibur untuk mereka yang tak pernah mendapatkan hiburan dengan cara yang baik.

Aku tak akan menyebut namanya lagi. Sebab dia harus tahu, aku ingin sekali dia melihat gadis badutnya dulu, kini menjadi perempuan yang ingin melakukan hal yang sama seperti yang pernah dia lakukan dulu. Menertawakannya sampai kantong air mata ini menuntaskan alirannya.

Lihatlah dirimu, wahai kau yang tak ingin lagi kusebut namanya! Kau yang dulu berbahagia menertawakanku, kini terlihat begitu tua dan menyedihkan. Tapi aku takkan menertawakan badut yang kini berdiri disampingku. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku takkan lagi bisa kau hancurkan.

Posting Komentar

0 Komentar