Fetish dan Fetishism

    Beberapa waktu lalu, setelah fetish 'kain jarik' viral, muncul lagi pendatang baru, fetish 'kaos kaki'. Ngeri-ngeri sedap baca beritanya. Jadi, seseorang (entah namanya, bodo amat, ga pengen tau) menjadikan kaki yang terbungkus kaos kaki sebagai objek fantasinya. Salah satu korban mengungkapkannya melalui akun twitter pribadinya.


 

    Fetish adalah objek benda tak hidup yang dipercaya mempunyai kekuatan tertentu, sedangkan Fetishism adalah perilaku seksual yang menggunakan objek benda tak hidup sebagai metode untuk membuat seseorang terangsang.

     Saat itu saya tinggal di Kabupaten Tangerang, saya pernah mengalami kejadian serupa. Entah itu bisa disebut sebagai 'fetishism' atau tidak, intinya saya merasa dilecehkan. jadi ceritanya, saat itu saya membeli baju baru bermotif kotak-kotak berwarna hijau tosca, warna favorit saya kala itu. Tiap membali baju baru, saya selalu mencucinya terlebih dahulu sebelum memakainya. Nah, waktu itu  setelah saya mencuci baju baru dan baju yang lainnya, saya biasa menjemurnya didepan kamar kost saya (suami bekerja di luar kota, jadi saya tinggal di kost sendirian). Sebagai gambaran, kost saya terdiri dari enam kamar menghadap ke arah jalan raya. Akses masuknya dibatasi oleh pagar besi, tetapi pagar tersebut akan dikunci setelah jam 9 malam setiap harinya. Siang harinya, siapapun bisa masuk halaman kost tanpa kesulitan.

    Suatu hari, ada pemuda tak dikenal sedang memperhatikan saya saat sedang menyapu kamar dengan pintu kamar yang saya biarkan terbuka. Hal itu sudah beberapa kali terjadi. Awalnya saya cuek, tapi lama kelamaan saya merasa risih. Jadi setiap melihat pemuda itu, saya langsung menutup pintu kamar saya.

    Malam itu suami saya berkunjung dan kami keluar kost membeli makan dan kembali lagi ke kost menjelang pukul 9 malam. Betapa terkejutnya saya saat melihat seseorang di pojokan teras, dalam gelap, sedang melakukan 'sesuatu'. Beberapa saat kami memperhatikannya dari jauh. Jelas sekali, saya melihatnya sedang menindih sesuatu dan dia bergerak-gerak diatasnya seperti sedang (maaf) berhubungan seksual. Spontan, suami saya membentak pemuda itu. Dia nampak ketakutan sambil buru-buru mengancingkan resleting celananya. Oh my God!, pikiran saya kemana-mana melihatnya berbuat demikian. Saking ketakutannya, dia lari terbirit-birit keluar pagar. Keterkejutan saya yang kedua kalinya, saya melihat baju baru yang ada di jemuran tergeletak di tempat dia melakukan 'sesuatu' tadi. Rupanya, sesuatu yang dia tindih tadi adalah baju saya. Kaget? Nggak, shock!!!.

    Dilema antara 'dibuang sayang' dan 'jijik merasuk kalbu', saya berhari-hari ga doyan makan karena itu, kalo tidur, masih doyan lah ya. hehe. Akhirnya, suami saya memasukkan baju itu ke dalam ember yang sebelumnya sudah diisi air dan S.O.S aroma apel satu botol. Iya, S.O.S, yang biasa digunakan untuk ngepel lantai. Selama tiga hari suami saya melakukan itu, kemudian menjemurnya di hari ketiga. 

    Lalu, apa yang saya lakukan setelahnya? Tetap memakainya? Atau membuangnya? Tidak dua-duanya. Saya menyeterikanya, kemudian melipat rapi dan ... menghibahkannya pada seseorang. hihihi....

    Yang masih saya pikirkan sampai dengan saat ini adalah bisakah mereka itu sembuh? Bagaimana pengobatannya? 


    

Posting Komentar

0 Komentar